Pernah sesekali aku melintasi jalanan di Bandung di malam hari. Memang dingin kurasa pada waktu itu.
Aku naik sebuah angkutan kota (baca:angkot)berwarna hijau, jurusan Kalapa-Dago. Mulailah kupijakkan
kakiku untuk menaiki angkot yang cukup nyaman bagiku itu.Kulihat orang-orang yang ada disampingku.
Entah siapa dan dari mana, kupikir yang penting aku sampai ketempatku dan dapat sejenak memejamkan
mata serta merebahkan badan. Bukan Bandung namanya kalo kita tidak merasakan betapa gemerlapnya
malam hari serta betapa dinginnya suasana. Sungguh, sempat terlintas dibenakku, yah aku beruntung
dapat merasakan itu semua.
Ketika angkot yang aku tumpangi berhenti tepat di persimpangan jalan, saat lampu merah, ternyata aku
merasakan sesuatu yang terlintas dibenakku. Aku melihat, betapa sedihnya ketika anak-anak yang
seharusnya mereka sudah tertidur lelap pada malam hari, itu justru bekerja demi mendapatkan sedikit
kemurah-hatian orang lain. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka ketika mereka mendapatkan uang,
senang, tertawa, dan jingkrak-jingkrak. Disaat itu aku berpikir, apa yang salah dengan hal itu. Aku
memandang sebelah mata terhadap orangtua-orangtua mereka yang tidak bertanggung jawab dan tidak
berkeprimanusiaan. Namun, ditengah aku berpikir tentang hal itu, hatiku menyahut dan berkata "Tidak
ada yang mau memilih untuk menjadi seperti itu, mengorbankan anak demi mendapat sesuap nasi". Oh
Tuhan!", sahutku. Ternyata benar juga apa yang terbesit dalam hatiku itu. Seandainya mereka memiliki
pilihan dan tentunya kesempatan yang lebih banyak, pasti mereka akan menjadi lebih rasional.
Rasionalitas memang ada, tapi bagi mereka tidak ada gunanya mempertahankan rasionalitas dengan
mengorbankan perut kosong dan air mata yang selalu mengalir dari pelupuk mata mereka setiap malam.
Ketika ditanya pada mereka, dengan polos menjawab,"Yah, mau bagaimana lagi!"
Sehingga saat itu pula aku berpikir, "kapankah ini akan berakhir?"Adakah yang memperjuangkan mereka,
bukan dengan cara mencaci maki orangtua mereka, juga bukan dengan memberikan mereka selembar uang
yang tiada berguna. Memang susah hidup jaman sekarang.......Kata-kata itu tidak jarang lagi kita dengar
saat ini. Entah dari para pengemis, padagang asongan, tukang becak, petani, buruh, pembantu dan bahkan
orang-orang yang bunuh diri. Nasib-nasib, sungguh malang nasib mereka........Pahlawan mana yang akan
datang menyelamatkan mereka????
Tuesday, November 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment